Rabu, 06 Januari 2010

PERHUMAS, ISKI, PR SOCIETY, BAKOHUMAS, ECT ....

Ternyata ... ada lumayan banyak organisasi kehumasan di Indonesia. Ada Perhumas, ada ISKI (ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia), ada PR Society, ada Bakohumas, juga ada Aspaskom (Asosiasi Paska Sarjana Komunikasi Indonesia). Tapi apa yang sudah diperbuat mereka semua ya untuk bangsa ini ?

Saya bergabung dengan perhumas sejak bau kencur baru keluar kuliah dan bekerja enam bulan di pertengahan tahun 1996 dan sempat menerima kartu keanggotaan. Namun setelah itu ... perhumas seperti hilang ditelan bumi. Saya tidak mendengar kabarnya lagi. Bisa jadi karena saya pindah bekerja, dan baru menemukan keberadaan perhumas setidaknya enam tahun belakangan ini.

Hampir lima belas tahun bergabung dengan perhumas ... tapi ... sepertinya nasib pekerja humas di Indonesia tidak kunjung membaik. Setidaknya, apa yang saya hadapi dalam dunia empiris sehubungan dengan profesi kehumasan tetap saja menghadapi kendala yang sama. Artinya, para end user tidak juga semakin well known tentang profesi humas.

ISKI ... terakhir kali berhubungan dengan ISKI saat Konvensi ISKI di Solo pada Oktober 2000 atau 2001 bersama Pak Alwi Dahlan. Setelah itu ... nasibnya lebih menyedihkan lagi ... ! Browsing ISKI di internet pun tidak menghasilkan sesuatu yang berarti ... Ah .....

Padahal, seorang kawan berkomentar dalam blog pribadi saya, katanya "Bila manusia ingin mencari segala sesuatu di dunia ini sumbernya hanya 2, Al Quran dan internet." Hal ini bukan untuk menyamakan Al Quran dengan internet. Tentu, Al Quran sebagai kitab merupakan sumber ilmu tentang kehidupan dengan segala regulasinya yang wajib diyakini, dipatuhi oleh pemeluknya. Artinya, perumpamaan itu hanyalah sebuah hiperbola semata ...

Karena internet tidak lebih dari media komunikasi 'biasa' layaknya media massa cetak dan elektronik. Bedanya, internet menggabungkan keduanya, atau lebih dikenal sebagai bersifat virtual. Artinya, media internet dianggap lebih ampuh, cepat, efektif, efiesien, sekaligus murah dengan hasil yang banyak sebagai sumber literarur dibandingkan bila kita mencari segala sesuatu melalui media cetak dan elektronik.
PR Society, saya tidak bergabung dengan asosiasi ini karena ... keanggotaannya mengisyaratkan biaya keanggotaan yang cukup tinggi bagi praktisi humas biasa. Aspaskom, sebelum drop out program master saya sempat bergabung dengan Apaskom. Namun hingga saya mendaftar lagi S2 hingga rampung dengan program master saya, saya tetap belum menemukan kiprah Apaskom di mana-mana. Bakohumas ... sama saja, sebagai organisasi humas yang lebih diperuntukkan bagi praktisi di instituti pemerintah, maka untuk bergabung para praktisi humas masih menghadapi persoalan domestik di intra organisasi yang tidak menanganggap perlu untuk berinteraksi dan berafiliasi dalam organisasi profesi semacam ini. Wuih ....

Jadi, kesimpulannya ... pelik juga rupanya persoalan kehumasan ini. Namun jangan putus asa, adalah penting bagi kita semua untuk tetap menjaga semangat dan mengumpulkan semua tenaga dan sumber daya yang ada untuk saling bersinergi dan merapatkan barisan, agar menghasilkan sesuatu yang produktif.

Rasa malu sebesar gunung pun atas ketidakproduktifan kita selama ini tidak akan menyelesaikan atau mengubah keadaan. Nasib manusia akan berubah hanya dengan bekerja dan berdoa ! Untuk itu, jangan tunda lagi, lakukan sekarang apaun yang anda bisa untuk kemajuan humas Indonesia. Selamat bekerja dan majulah humas Indonesia .... !

Tidak ada komentar: