Senin, 22 Februari 2010

PEKAN KOMUNIKASI UI 2010

Fakultas Komunikasi UI menggelar acara Pekan Komunikasi UI 2010 bertajuk "COMMUNICATE GLOBALLY, COMMUNICATE CREATIVELY". Acara berlangsung selama 5 (lima) hari yaitu pada hari Senin sd. Jumat, 29 Maret sd. 2 April 2010. Berbagai kegiatan menyangkut aktivitas dunia komunikasi dan berbagai turunannya bakal dikupas habis dan dikemas secara menarik dalam acara ini, meliputi :
  1. Seminar

  2. Workshop Jurnalistik

  3. Talk Show Humas

  4. Seminar Iklan

  5. Lomba Iklan

  6. Fotografi

  7. Comweekend

Menjelang acara dilaksanakan, kegiatan roadshow ke berbagai fakultas komunikasi/fisip di berbagai universitas/institut pun telah dilakukan. Kegiatan angjangsana ini dilakukan tidak hanya di sejumlah universitas/institusi di sekitar Jakarta namun juga ke berbagai wilayah lain di Indonesia.

Nah, buat para cendekia dan calon praktisi komunikasi, kegiatan seperti ini penting digarap, disatroni, disambangi dan ga' boleh samapi terlewat. Melalui kegiatan ini sesama cendekia, ilmuwan, mahasiswa dan para calon praktisi serta profesional komunikasi berkesempatan melakukan tukar pikiran, wawasan, pengalaman, sekaligus menyamakan kesenjangan yang mungkin saja terjadi di sesama pelaku pendidikan komunikasi.

Jadi, tunggu apa lagi, atur jadwal kamu dari sekarang ... !!!

Info lebih lanjut, kunjungi http://www.pekomui2010.blogspot.com/

Minggu, 21 Februari 2010

FENOMENA PENDIDIKAN INDONESIA

Sebuah accidently survey dilakukan secara sederhana terhadap sebuah kelas mahasiswa komunikasi. Hal yang ingin digali adalah sejauh mana kebiasaan mereka dalam mengakses informasi berita setiap harinya. Pertanyaan tersebut meliputi ....


  1. Adakah di antara mahasiswa yang membaca surat kabar harian setiap harinya ?
  2. Adakah di antara mahasiswa yang menyaksikan siaran berita pagi setiap harinya ?
  3. Adakah di antara mahasiswa yang menyaksikan siaran berita siang setiap harinya ?
  4. Adakah di antara mahasiswa yang menyaksikan siaran berita sore setiap harinya ?
  5. Adakah di antara mahasiswa yang membaca majalah berita nasional mingguan setiap minggunya ?

Jawabannya, tidak satu pun mahasiswa komunikasi melakukan salah satu dari 5 (lima) kegiatan yang ditanyakan ! Jadi, seluruh mahasiswa komunikasi tersebut, setiap harinya tidak pernah membaca koran, tidak pernah menyaksikan siara berita sekali pun juga dalam sehari, apalagi memabca majalah berita nasional mingguan ! Fenomena yang menarik (menyedihkan) bukan ?

Lalu, mau jadi sarjana komunikasi cap apa mereka nanti ? Apa yang mereka tahu tentang sekitar mereka nanti, jika semuanya mereka ketahui dari 'kulak takon adol jare' (bermodalkan bertanya pada orang lain, dan menceritakan lagi kepada orang lain dengan modal 'katanya') ?

Hal yang berkaitan dengan komunikasi tentu urusannya adalah informasi. Maka kalau mereka adalah mahasiswa komunikasi, sarjana komunikasi, tentu urusannya juga dengan informasi, dalam hal ini harus terinformasi mengenai banyak hal secara optimal, tepat, dan mampu menganalisa setiap informasi yang diperoleh secara obyektif dan proporsional ! Lha kalau tidaaaaaaak ? Sekali lagi, mau jadi apaaaaaaa ???? OMG !!!

Fenomena ini semakin meneguhkan betapa dunia akademis telah semakin menjadi sebuah industri yang murni mengikuti hukum pasar & prinsip ekonomi. Dalam hal ini hukumnya cuma satu, siapa punya uang, maka ia bisa belajar, tanpa syarat apapun, kecuali soal uang itu tadi !

Sayangnya, kondisi tersebut justru diperburuk oleh para penyelenggara pendidikan itu sendiri. Kembali lagi ke hukum pasar dan prinsip ekonomi itu tadi, dalam hal ini urusannya cuma satu, make money alias mencari keuntungan yang sebesar-besarnya !

Tak perlu repot-repot memikirkan kualitas, yang penting mendapatkan pasar, pelanggan alias mahasiswa yang sebanyak-banyaknya ! Tak usah pula melakukan ujian saringan secara ketat, yang penting formalitas aja, supaya mahasiswa yang diterima semakin banyak !

Tak perlu ujian tengah semeseter atau akhir semester yang mengasah kemampuan otak, yang penting mahasiswa selalu lulus semua mata kuliah ! Kalau perlu buat aturan yang membuat dosen kehilangan idealismenya sehingga terpaksa mengobral nilai dengan murah, bahkan gratis hanya bermodal kehadiran lima belas menit menjelang berakhirnya kelas di setiap pertemuannya oleh setiap siswa !

Lupakan juga kelaziman prosedur belajar mengajar, yang penting berikan kemudahan sebanyak-banyaknya kepada mahasiswa, kalau perlu kuliah sebagai sambilan (nyambi) pun jadilah ! Jangan berharap ada mahasiswa tidak lulus mata kuliah, kalau perlu buat mahasiswa cepat lulus dan segera menjadi sarjana walaupun menuliskan nama mantan presidennya pun tak bisa ! Calon sarjana !!! Komunikasi pula !!!

Mau jadi apa ilmu komunikasi ke nantinya ?

  1. Bila para profesionalnya terlahir secara jadi-jadian ?
  2. Bila para ilmuwannya tak punya keteguhan ?
  3. Bila penyelenggara pendidikannya melupakan idealisme dan mengutamakan jualan ?
  4. Bila pemerintahnya mengabaikan ?
  5. Bila para pelakunya yang tersisa pun tak punya kesempatan ?

Akankah kita semua menutup mata ?

Kamis, 18 Februari 2010

HUMAS ADALAH ....

Kadang lelah juga menghadapi carut marutnya kondisi humas dalam praktek di dunia kerja. Maaf kata, banyak sekali orang sok tahu yang menyepelakan pekerjaan kehumasan. Mereka pikir humas itu apa ?

Sekali lagi, Humas adalah satu fungsi manajemen yang melakukan komunikasi dua arah kepada publik internal dan eksternal untuk membangun hubungan yang saling menguntungkan demi terciptanya citra positif perusahaan/organisasi/individu ....

Jadi, humas adalah ....
  1. Salah satu fungsi manajemen. Jadi, pekerjaan humas merupakan pekerjaan yang terencana, terorganisir, terlaksana, terawasi dan tervaluasi, bukan pekerjaan insidentil tanpa perhitungan sama sekali. Begitulah manajemen, meliputi planning, organizing, actuating, controlling & evaluating.
  2. Melakukan komunikasi dua arah. Inti pekerjaan humas adalah komunikasi, namun komunikasi yang dialogis atau dua arah (two way communications). Jadi humas bukan pekerjaan pandai bicara, tapi juga pandai mendengar. Dan, mendengarkan adalah pekerjaan yang sama sekali tidak mudah. Mendengarkan membutuhkan pengertian, empati dan pengetahuan yang sepadan/memadai/sesuai dengan situasi yang didengarkan. Artinya, bukan hanya berbicara saja yang butuh modal, tapi mendengarkan pun butuh modal pengetahuan dan wawasan yang cukup.
  3. Kepada publik internal & eksternal. Humas, berkomunikasi kepada publik internal dan eksternal. Tapi kenyataannya, berapa banyak porsi humas berkomunikasi dengan publik internalnya ? Seringkali humas lebih memperhatikan dan memprioritaskan publik eksternalnya. Padahal publik internal adalah aset organisasi/perusahaan.
  4. Membangun hubungan yang saling menguntungkan. Humas berupaya membangun hubungan yang saling menguntungkan, antara organisasi/perusahaan dengan publiknya. Tujuannya, tentu agar mendapat dukungan publik sehingga melancarkan segala kegiatan operasional organisasi/perusahaan. Jadi, kegiatan humas bukan untuk menguntungkan secara sepihak saja, dalam hal ini bagi kepentingan orgasnisasi, tapi juga bagi kedua publik dan lingkungannya secara berkelanjutan.
  5. Bertujuan untuk terciptanya citra positif. Akhir dari muara seluruh kegiatan humas adalah terbangunnya citra perusahaan yang positif, yang baik. Jadi kegiatan humas bertujuan untuk membangun dan mempertahankan reputasi organisasi/perusahaan agar selalu terjaga dengan baik. Dan, menjaga adalah jauh lebih sulit daripada membangun, sementara merecovery atau memulihkan jauh lebih sulit lagi. Karena memulihkan reputasi berarti memulihkan juga tingkat kepercayaan dan dukungan publik.

Fenomena humas yang muncul dalam dunia praktek belakangan ini diketahui bahwa kegiatan humas tidak lebih dari sekedar 'menggugurkan kewajiban'. Akibatnya, buntutnya sungguh sangat panjang, antara lain :

  1. Humas dikerjakan oleh SDM yang ala kadarnya, sisa-sisa dari bagian kerja lain, bahkan tanpa kriteria dan kompetensi relevan, apalagi latar belakang pendidikan yang sesuai. Namun yang lebih memprihatinkan lagi, posisi tertinggi humas seringkali diisi oleh SDM yang multi entry, namun memiliki kekuatan kelulusan kesarjanaan dari luar negeri. Kondisi ini adalah kondisi yang sangat memalukan, terutama bagi para ilmuan komunikasi dan kehumasan.;
  2. Pekerjaan humas bukan melakukan fungsi manajemen. Humas tidak mampu melakukan tugas-tugas strategis. Humas hanya mampu melakukan pekerjaan-pekerjaan seremonial dan insidentil tanpa proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan apalagi evaluasi yang baik. Humas hanya berperan sebagai communication technician;
  3. Humas tidak punya kewenangan. Namanya juga pekerjaannya hanya melakukan hal yang remeh-temeh, maka untuk apa otoritas ?
  4. Humas berada sangat jauh dari top level management. Dengan perannya yang meliputi communication technician, expert prescriber, communication facilitator hingga problem solving fasilitator, jelas humas membutuhkan posisi pada top level management. Humas akan tidak mampu bekerja secara optimal bila menghadapi birokrasi yang panjang. Humas perlu membuat keputusan segala sesuatunya secara tepat melalui koordinasi dengan para pengambil keputusan lainnya, tapi juga cepat, dalam waktu singkat.
  5. Humas tidak populer. Karena keberadaannya yang nun jauh di bawah dari pucuk pimpinan, ditambah lagi tidak punya pekerjaan yang strategis, juga tak punya kewenangan, akibatnya humas menjadi tdak dikenal oleh seluruh bagian dalam organisasi/perusahaan secara layak. Akibatnya, humas akan semakin sulit mengeksiskan diri dan pekerjaannnya. Maka dukungan mekanisme operasional pekerjaan humas pun terganggu. ;
  6. Humas tidak dipercaya. Akumulasi berikutnya, humas menjadi tidak dipercaya. Humas seakan-akan menjadi bukan siapa-siapa. Karenanya, semua pihak pun mempertanyakan untuk apa humas dipercaya ?;
  7. Humas tidak maju. Inilah akibat dari seluruh persoalan yang terakumulasi ini. Humas menjadi tidak maju. Dimulai dari kemunduran secara individual, institusional, maka berakhir pada kemunduran secara nasional.

Maka, majulah para ilmuwan komunikasi & kehumasan Indonesia. Bila ilmuwan komunikasi dan kehumasan Indonesia tidak segera mengoreksi kesalahan & merebut kembali hak intelektual ini, maka humas Indonesia akan semakin terpuruk. Hidup ini adalah perjuangan, maka jangan pernah berhenti berjuang untuk kemashlatan diri sendiri dan seluruh umat ....

Eksistensi humas Indonesia secara relevan, akan memberikan hak intelektual & profesional humas Indonesia secara adil, relevan dan proporsional. Berikutnya, humas Indonesia pun dapat memberikan kontribusi lebih nyata bagi kemajuan bangsa yang tengah carut marut sesuai kompetensi sebagai profesional dan ilmuwan komunikasi yang mumpuni !!!

MENGENAL MEDIA RELATIONS

PENGERTIAN MEDIA RELATIONS :

  1. Frank Jefkins : Usaha untuk mencapai publikasi atau penyiaran yang maksimum atas suatu pesan atau informasi humas dalam rangka menciptakan pengetahuan dan pemahaman bagi khalayak dari oragniasai atau perusahaan yang bersangkutan (2000:98);
  2. Sam Black & Melvin L. Sharpe : Media relations lebih kepada hubungan antara organisasi dengan media. Definisinya adalah hubungan antara suatu organisasi dengan pers, radio dan televisi secara dua arah atau dua pihak;
KEGIATAN MEDIA RELATIONS, antara lain :

  1. Press Conference
  2. Press Tour
  3. Press Gathering
  4. Media Interviewed
  5. Press Release
  6. Special Event
  7. dll.

TUJUAN MEDIA RELATIONS :

  • Menciptakan pengetahuan dan pemahaman, bukan semata-mata untuk menyebarkan suatu pesan sesuai dengan keinginan pengirim atau pihak klien demi mendapatkan suatu citra yang lebih indah dari aslinya di mata umum

6 HAL PENTING DALAM MEDIA RELATIONS :

  1. Memahami & melayani media setiap saat
  2. Membangun reputasi sebagai organisasi yang dapat dipercaya media
  3. Menyediakan salinan informasi (press release) yang memadai dan akurat
  4. Bekerja sama dalam penyediaan materi informasi
  5. Menyediakan fasilitas verifikasi. Humas perlu memberi kesempatan kepada jurnalis melakukan verifikasi (membuktikan kebenaran) atas setiap materi yang mereka terima
  6. Membangun hubungan personal yang kokoh dengan media

PRINSIP KERJA MEDIA RELATIONS :

  1. Memahami dan melayani media;
  2. Membangun reputasi/citra positif;
  3. Menyediakan fasilitas untuk publikasi;
  4. Bekerjasama dalam penyediaan materi informasi krusial;
  5. Membangun hubungan personal yang kuat.

5 VARIABEL YANG MEMPERNGARUHI MEDIA RELATIONS :

  1. Sistem hukum dan politik;
  2. Taraf aktivisme;
  3. Kultur;
  4. Sistem Ekonomi;
  5. Praktek Media.

MEDIA RELATIONS OFFICER :

  1. Menjadi gatekeeper informasi yang menghubungkan organisasi dan publiknya, dengan menggunakan media massa;
  2. Bertugas mengembangkan komunitas kepentingan, yi. dengan masyarakat media;
  3. Humas/MRO merupakan sumber berita asli & informasi teknis;
  4. Membantu mengembangkan kisah berita, gambar, artikel & bahan penunjang lainnya.

DAFTAR PUSTAKA :

  1. Frank Jefkins, Public Relations, Erlangga, 2002;
  2. Scott M Cutlip, Allen H.Center, Glen M.Broom, “Effective Public Relations”, Index, 2005;
  3. Yosal Iriantara, “Media Relations : Konsep, Pendekatan dan Praktik”, Simbiosa Rekatama Media, Bandung, 2005;

Rabu, 17 Februari 2010

FACEBOOK & KOMUNIKASI

Facebook, media virtual komunikasi atau ngetop sebagai situs jejaring sosial semakin hari semakin menuai banyak masalah saja. Bila mengamati gejala yang muncul di antara masyarakat pengguna facebook, secara individual facebook tidak lebih sebagai ajang pamer saja.

Facebook menjadi media pamer yang efektif karena mekanismenya yang just in time, on line, langsung begitu ... bahasa sederhananya. Jadi apa yang tertulis di facebook, dapat langsung direspon secepat kilat saat itu juga dalam hitung detik !


Hal-hal yang tertulis seringkali hal-hal yang tidak penting dan sekali lagi hanya memamerkan kesibukan masing-masing pengguna seolah-olah mereka begitu eksis dengan kehidupannya. Alhasil, bisa kita lihat betapa banyak orang yang meng-up-date statusnya dengan info sedang berada di benua mana, hendak terbang ke mana, meeting di mana, meeting sama siapa, wah ... pokoknya kelas tinggilah informasi yang tertulis di sana.


Sementara ada juga yang pengen eksis dengan keanehannya dengan info berapa banyak polisi tidur yang dilewatinya dari rumah hingga kantor, atau mengomentari segala sesuatu yang dilihatnya/ditemuinya ibarat komentator hebat. Akibatnya, kebebasan berkomentar melalui media virtual pun menuai banyak badai. Maka Prita Mulyasari pun terpaksa menjadi tumbal dan menengguk pelajaran akibat kesimpangsiuran, ketidaktahuan dan ketidakpedulian ....

Kini, facebook kembali menjadi biang keladi tragedi menyedihkan yang menimpa gadis-gadis belia yang dibawa kabur oleh teman virtual yang dijumpainya di facebook. Mereka tidak hanya menanggung kerugian material, tapi juga masa depan mereka sebagai perempuan ....

Sayang sejuta sayang, para pakar komunikasi kita tak juga bersuara. Coba tengoklah kotak ajaib, di sana justru para selebriti yang banyak memberikan himbuan, empati, pengajaran, bagaimna memanfaatkan dan menjadikan facebook sebuah hal yang positif bukan sebaliknya. Lalu ke mana para ilmuwan komunikasi Indonesia ?

Seandainya, para ilmuwan komunikasi bangsa ini memiliki kepedulian dan sensitivitas yang tinggi terhadap fenomena yang berkembang di masyarakat, tentu mereka dengan tanggap akan segera memberikan panduan, pandangan profesional serta solusi sebagai seorang cendekiawan sejati bagi masyarakat.

Sekali lagi, manusia tidak mungkin dapat membendung perkembangan teknologi. Namun manusia bisa membentengi diri dengan tata nilai agama dan keintiman yang terbangun secara mesra dalam keluarga batih/inti setiap anggota masyarakat. Bahwa saat ini bukan eranya lagi mendidika anak dengan pendekatan otoriter, tapi lebih pada komunikasi efektif antara orang tua dan anak-anak.


Facebook tidak selalu menjadi malapetaka. Pada banyak kasus, facebook berhasil mengantarkan, setidaknya turut mensukseskan kemenangan Barack Obama sebagai presiden Amreika Serikat. Di Indonesia, facebook pula yang berhasil membebaskan Prita Mulyasari tidak saja dari denda Rp. 600 juta akibat curhatannya di email, tapi bahkan lebih dari itu, berhasil membangun people power yang meruntuhkan arogansi penegakan hukum yang dirasa tidak berpihak dan bersikap secara proporsional dalam menangani kasus Prita. Kini, facebook kembali berhasil menggalang dana lebih dari Rp. 1 miliar untuk membantu kesembuhan anak dari kelainan hati yang parah.

Namun sekali lagi, belum seluruh masyarakat Indonesia memiliki pendidikan yang tinggi. Karennya, tidak semua masyarakat Indonesia mampu berpikir secara rasional dan dewasa. Anak-anak kaum menengah ke bawah itu boleh jadi bersekolah, tapi orang tua mereka tidak. Maka terjadi kesenjangan di sana. Maka kembali lagi, seyogyanya para ilmuan komunikasi mulai lebih peduli dan membawa manfaat lebih nyata lagi kepada bangsa ini. Berikanlah rekomendasi, analisa, serta solusi setidaknya untuk mengurangi sedikit saja persoalan yang seharusnya tidak perlu menambah beban rakyat kecil lagi yang hidupnya sudah sangat sulit.

Sudah saatnya para cendekiawan komunikasi Indonesia untuk bangkit dan memberikan kontribusi bagi kemajuan bangsa ini lebih banyak lagi ....

Senin, 15 Februari 2010

MASALAH HUMAS MASALAH DUNIA

Ternyata masalah yang dihadapi oleh para praktisi, profesional dan ilmuwan humas di seluruh dunia relatif sama, humas tidak mendapatkan tempat secara proporsional secara intelektual dan profesional.

Dalam Konferensi Internationasl IPRA di Jakarta 3-4 February 2010 lalu, seorang profesor cantik asal Turki mempertanyakan, tepatnya menyampaikan sebuah 'satir' mengenai fenomena kehumasan yang ia (dan kita semua) temui selama ini. Bahwa, banyak iklan lowongan pekerjaan bagi posisi humas seringkali mensyaratkan kriteria 'humas profesional' ketimbang latar belakang akademis kehumasan dan komunikasi sebagai syarat yang lebih utama dan mendasar.

Sang penyaji/presenter, seorang profesor asal Amerika pun tak bisa berbuat banyak. Karena di negara asalnya, semua pekerjaan relatif memperlakukan calon pekerja secara obyektif, artinya latar belakang akademis menjadi pertimbangan utama dalam proses rekrutmen tenaga profesional humas. Jadi bukan mengutamakan pengalaman sebagai 'humas profesional' yang tak jelas parameternya.

Kalau sudah begini, mau bilang apa ? Adalah sebuah realita bahwa sangat sulit mengubah perilaku user dengan pemahaman yang sangat terbatas dan sepihak terhadap profesi humas tanpa mau menghargai secara obyektif bahwa profesi humas juga merupakan turunan sebuah ilmu pengetahuan yang ilmiah dan menjadi produk intelektual yang sama dengan berbagai profesi yang telah lebih dulu berhasil mendapatkan penghargaan tinggi dan eksklusif di dunia empiris.

Satu-satunya upaya yang relevan dan sepadan untuk mengendalikan kondisi yang tidak menyenangkan bagi para ilmuwan humas ini agar tidak bertambah buruk tentu saja intervensi pemerintah melalui regulasi dan pemberlakukan standarisasi profesi kehumasan secara ketat. Namun apa mau dikata, regulasi untuk itu rasanya pun belum ada. Sementara standarisasi tentang hal itu pun, setelah dibuat sepanjang tahun 2007 dan disahkan melalui keputusan menteri tenaga kerja di tahun 2008 pun hingga kini tak lebih dari dokumen yang mubasir dan tidak berarti apa2-apa. Bahkan untuk mengakses mengenai SKKNI Bidang Kehumasan di situs-situs pemerintah pun sangat sulit ditelusuri ....
Semoga pemerintah memahami bahwa sentuhannya sangat dinantikan dan akan mempengaruhi terhadap perbaikan nasib ilmu humas di masa yang akan datang. Semoga ....

Rabu, 10 Februari 2010

JAMKESMAS ANTIROKOK

Pemerintah kini menggulirkan aturan baru berkaitan dengan pelaksanaan pemberian JAMKESMAS kepada masyarakat kurang mampu. Dalam pemberitaan media massa hari ini disebutkan bahwa Jamkesmas tidak akan diberikan kepada mereka yang merokok.

Hebat. Harus diakui bahwa kebijakan pemerintah menyangkut hal ini sungguh merupakan terobosan yang sangat berani. Dengan pemberlakuan aturan ini bukan tak mungkin akan menimbulkan banyak penolakan dari berbagai kalangan, khususnya mereka yang merokok. Namun yang terpenting adalah bahwa dengan kebijakan ini pemerintah memberikan kontribusi nyata dalam upaya mewujudkan masyarakat dan lingkungan Indonesia yang sehat.

Di sisi yang lain, adalah sebuah realita bahwa umumnya masyarakat pedesaan mereka adalah perokok. Tentu hal ini akan menimbulkan permasalahan di lapangan. Tak apa, bagaimanapun kebijakan pemerintah mengenai pembatasan pelayanan JAMKESMAS bagi perokok jelas merupakan sebuah upaya berani dan sangat positif, maka tak perlu diperdebatkan lagi. Bravo pemerintah !