Jumat, 15 Oktober 2010

MANAJEMEN KRISIS KASUS CHILE

Drama penyelamatan 33 orang penambang Coldeco di Chile telah menyita perhatian dunia. Ke-33 penambang tersebut terperangkap di kedalaman 700 m di perut bumi sejak 5 Agustus 2010, akibat runtuhnya dinding terowongan sehingga menutup jalur lalu lintas penambang. Kondisi diperburuk dengan terjadinya runtuhan berikutnya pada 7 Agustus 2010 yang kali ini menutup akses ventilasi bagi para penambang.

Walaupun telah berhasil diselematkan pada rabu, 13 Oktober 2010, namun ke-33 penambang itu telah terperangkap selama 69 hari atau lebih dari 2 (dua) bulan ! Masa-masa paling menentukan adalah saat mereka benar-benar terputus dari dunia luar pada 5 - 22 Agustus 2010 atau selama 17 hari !

Komitmen dan keseriusan Chile dalam menyelamatkan ke-33 penambang itu tak lepas dari peran Sebastian Pinera, sang Presiden. Tak berlebihan rasanya bila proses penyelamatan ke-33 penambang Chile ini menjadi kajian ilmiah sekaligus empiris yang sangat menarik dan begittu menginspirasi banyak pakar dari berbagai disiplin ilmu !

Dalam telaah ilmu kehumasan, penanganan kasus Chile menunjukkan pentingnya pengelolaan krisis (management crisis) secara terencana, yaitu :
  1. PLANNING, Pemerintah Chile dikomandanin langsung sang Presiden, Sebastian Pinera langsung merapatkan barisan dan menyusun sejumlah rencana. Setidaknya disusun 3 (tiga) rencana ; A, B dan C untuk penyelamatan ke-33 korban. Yang luar biasa dari upaya realisasi ketiga rencana tersebut adalah bahwa ketiganya dilaksanakan secara simultan, bersamaan !
  2. ORGANIZING, Sebastian Pinera melakukan koordinasi dan konsolidasi internal segala hal yang berkaitan dengan upaya penyelamatan ini. Untuk mengumpulkan dana, Pinera menghimbau seluruh perusahaan pertambangan yang ada di Chile untuk menyumbangkan sejumlah dana untuk membiayai misi kemanusiaan ini, utamanya kepada perusahaan pertambangan besar. Pinera juga mendesak  kejaksaan setempat agar gaji para pekerja yang terperangkap tersebut dapat dicairkan agar keluarga korban dapat tetap melanjutkan kehidupannya. Sejumlah psikolog juga ditugaskan guna memantau perkembangan mental para pekerja dari atas permukaan bumi. Untuk pengadaan alat bantu, Pinera tidak sungkan-sungkan menghubungi seluruh negara di dunia termasuk PBB Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk turut membantu dan memberikan kontribusi terhadap proses penyelamatan ini. Hasilnya, AS melalui NASA pun membantu menciptakan "phoenix" kapsul yang digunakan sebagai wahana untuk mengangkat ke-33 pekerja dari dalam perut bumi. NASA pula yang menyiapkan sejumlah bahan makanan ala astronot dengan kandungan gizi tinggi bagi seluruh korban selama dalam masa penyelamatan. Bahkan para pakar tentang aktivitas dalam ruang terbatas NASA pun dihadirkan dan terus 'mendampingi' para korban selama proses penyelamatan ini berlangsung. Seorang ahli pengeboran asal AS yang tengah di Afghanistan pun ditarik ke Chile dan bekerja tanpa henti selama lebih dari 33 hari untuk memantau proses pengeboran secara seksama. Menurut pemberitaan televisi, konon Pinera juga mendapat bantuan pmerintah Australia untuk proses pengeboran tersebut serta pemerintah Jepang untuk memfasilitasi perangkat komunikasi bagi para korban dan para petugas penyelamat di permukaan;
  3. ACTUATING, proses penyelamatan ke-33 korban penambangan Chile ini begitu fenomenal karena misi penyelamatan tersebut mendapat perhatian serius media massa. Hal ini dapat terjadi tidak terlepas dari peran Pinera sebagai seorang pemimpin yang begitu sungguh-sungguh berupaya menepati janjinya, menyelamatkan ke-33 korban dengan berbagai upaya yang mampu dilakukan manusia, berpapun biayanya ! Tak kalah penting, Pinera mengedapankan pendekatan kemanusiaan dalam penyelamatan ke-33 korban. Artinya, pendekatan manusiawi menjadi pilihan yang sangat menentukan keberhasilan misi penyelamatan ini. Hasilnya, Pinera mendapatkan dukungan besar baik dari dalam negeri maupun negara-negara di seluruh dunia;
  4. CONTROLLING, Selama proses penyelamatan ini dilakukan, Pinera berkali-kali menyambangi lokasi kejadian dan berkomunikasi langsung dengan para korban. Pinera juga membatalkan kunjungan kenegaraannya ke Eropa untuk mengawasi proses penyelamatan ini secara langsung di lokasi kejadian berbaur bersama tim penyelamat yang lain. Bukan itu saja, sang ibu negara pun terlihat melakukan hal yang sama, turun langsung dan memberikan dukungan moril sebagai bentuk lain dari upaya pengawasan baik kepada para korban maupun tim penyelamat. Hal tak kalah penting dalam tahap ini adalah, bahwa ke-33 korban berada dalam pengawasan ahli gizi dan menjalani diet ketat agar mereka dapat menggunakan kapsul 'phoenix' yang hanya berdiameter 60 cm ! Menjelang diangkutnya satu demi satu para korban, mereka pun telah disiapkan kaca mata khusus untuk mengantisipasi perubahan yang sangat ekstrim pada penglihatan para korban setelah 69 hari tidak merasakan cahaya & sinar matahari. Para korban juga disediakan media komunikasi secara visual yang memungkinan mereka berkomunikasi dengan anggota keluarga. Keberadaan keluarga menjadi motivasi terbesar yang menjadikan mereka memiliki semangat untuk bertahan dan terus hidup. Sebaliknya, para psikolog baru mengijinkan para korban membaca surat kabar pada beberapa hari terkahir untuk menjaga kestabilan mental mereka;
  5. EVALUATING, Pinera sekali lagi menunjukkan keseriusannya dalam penanganan kasus kecelakaan kerja ini, terutama menyangkut kesehatan mental para korban. Untuk itu, dipastikan ke-33 korban tersebut akan berada dalam pengawasan psikolog selama 6 bulan ke depan ! Hal ini menjadi sangat penting, karena secara mental para pakar psikolog mengkhawatirkan bahwa para korban berpeluang mengalami perubahan mental secara ekstrim. para korban sangat mungkin berubah menjadi pribadi yang jauh lebih kuat secara mental, juga sebaliknya !
Misi penyelamatan bagi penambang Chile ini, selain telah ditangani dengan baik sesuai prosedur pengelolaan krisis (management crisis) juga tidak terlepas dari sejumlah hal penting lainnya, antara lain :
  1. LEADERSHIP, Misi penyelamatan penambang Chile ini bukan kisah mengenai Sebastian Pinera sang Presiden. Namun 'drama' penyelamatan ini tidak terlepas dari peran Pinera yang sangat menentukan. Dalam penanganan musibah ini Pinera menunjukkan kepemimpinannya secara baik dan tepat. Pinera memegang teguh komitmen dan melakukan pendekatan kemanusiaan secara menakjubkan, human relations, hubungan manusiawi. Pentingnya kepemimpinan juga telah ditunjukkan oleh para korban. Mereka telah membuktikan kepada dunia mengenai pentingnya kebersamaan, kepatuhan dan kepercayaan kepada pemimpin hingga kerja sama. Seandainya di antara ke-33 korban ada yang tidak patuh kepada Uzura sang ketua kelompok saat itu, bisa jadi ceritanya akan berbeda. Kepatuhan seluruh pekerja kepada pemimpinnya dalam mengatur porsi makan, jam kerja dan shift jaga, simulasi fasilitas penerangan layaknya siang dan malam, dll, belum tentu mereka akan terselamatkan seperti saat ini;
  2. MEDIA MASSA, kecerdasan emosional Pinera dalam menangani masalah ini segera mengundang simpati dan menjadi daya tarik luar biasa bagi media massa. Maka ibarat teori Agenda Setting, strategi dan kebijakan yang dilakukan Pinera pun menjadi agenda media yang pada gilirannya menjadikan elit dunia 'melakukan eksekusi' dengan memberikan bantuan sesuai yang dibutuhkan. Konon dram penyelamatan ke-33 korban tambang Chile ini menyaingi pemberitaan perkawinan dongeng Lady Diana, Pemakaman Lady Diana dan pemakaman Paus Yohanes Paulus II yang ditonton lebih dari jutaan penonton di seluruh dunia secara langsung ;
  3. FILOSOFI, Pemberian nama "phoenix" pada kapsul pengangkut para korban mengandung filosofi yang diyakini masyarakat Chile. "Phoenix" adalah nama burung yang konon hidup kembali dari abu hasil pembakaran tubuhnya sendiri ! Harapannya, tentu saja kapsul "Phoenix" dapat membawa kembali kehidupan para korban dengan mengangkutnya hingga selamat ke permukaan; 
  4. ACUAN-STUDI KASUS, Kasus Chile ini, bagaimanapun menjadi contoh kasus keberhasilan misi penyelamatan kecelakaan kerja khususnya di industri pertambangan. Segala hal yang menyangkut keberhasilan misi penyelamatan ini layak menjadi studi kasus bagi penanganan kasus-kasus serupa bila terjadi lagi;
  5. INSPIRASI, Tak bisa dipungkiri, tragedi Chile ini telah menginspirasi semua orang di seluruh dunia. Mengenai pentingnya niat baik, perencanaan yang matang, kerja sama, konsolidasi internal, kepemimpinan, motivasi, peran media massa dan arti kehidupan itu sendiri.

Rabu, 06 Oktober 2010

CSR

Corporate Social Responibility (CSR) dalam perkembangannya menjadi sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan humas. Ada banyak pemahaman mengenai CSR. Sebagian menganggapnya sebagai bagian dari pekerjaan humas (PR) khususnya humas eksternal. Namun tak sedikit pula yang menganggapnya sebagai kegiatan tersendiri yang independen terlepas dari kegiatan humas.

Di Indonesia, secara legal keberadaan CSR pun belum memiliki keseragaman. Pada dasarnya pemerintah telah mengatur mengenai kegiatan CSR bagi perusahaan khususnya perusahaan yang berbentuk PT. Berdasarkan undang-undang tersebut maka seluruh perusahaan berbadan hukum PT wajib tunduk dan melakukan CSR sesuai ketentuan. Sementara pada perusahaan berbentuk badan usaha lain seperti BUMN maupun BUMD pun menjadi abu-abu keberadaannya menyangkut kewajibannya terhadap kegiatan CSR.

Berbeda dengan PT, pada BUMN dikenal sebagai PKBL (Program Kemitraan dan Bina Lingkungan) atau (PUKK) Program Usaha Kecil Kerakyatan. Pada pelaksanannya, anggaran PKBL atau PUKK pada BUMN telah ditentukan pemerintah dengan kewajiban alokasi dana anggaran sedikitnya 2% dari  keuntungan.

Untuk pelaksanaannya sendiri di lapangan, pengelolaan dana CSR baik di lingkungan PT maupun BUMN relatif sama. Bahwa pada dasarnya pengelolaan program CSR dapat berbentuk hibah dan pinjaman dengan bunga rendah atau tanpa bunga.

Sebuah contoh penerapan CSR yang dilakukan oleh sebuah badan usaha baru-baru ini adalah program laptop murah yang diluncurkan sebuah superstore asing yang kini mayoritas sahamnya dimiliki oleh TransCorp. Sebagai penjual retail raksasa, superstore ini menargetkan program CSR-nya pada bidang pendidikan khususnya bagi kalangan menengah ke bawah. Idenya sangat cemerlang, yaitu meluncurkan mini note (laptop) dengan harga murah.

Realisasi penjualan laptop murah ini didasari oleh riset pasar yang cukup mendalam untuk mengetahui kebutuhan pasar yang sesungguhnya tentang piranti tersebut. Berdasarkan hasil riset tersebut diketahui bahwa pasar ternyata tidak menginginkan lapotop kelas 2. Mereka tetap menginginkan produk dengan merek yang terkenal dengan kualitas yang terjamin dan spesifikasi mumpuni. Hasilnya, superstore ini pun menggaet pemain laptop besar dunia Toshiba dan software Microsoft sehingga berhasil meluncurkan sebuah mininote Toshiba 10' dengan Windows 7 original seharga Rp. 3,2 juta saja ! Fantastik !

Mekanisme pembelian mininote itu pun terbilang cukup fair. Cukup melampirkan kartu pelajar atau rapor, maka siswa dapat membeli mininote yang diidam-idamkan itu, berikut dengan penawaran modem serta gratis internet selama 1 (satu) bulan ! Terobosan yang yang sungguh sangat berani dan luar biasa ! Bagaimanapun, program CSR ala superstore ini merupakan contoh bentuk CSR yang realistis dan tepat sasaran. Sementara pada libur Ramadhan dan Lebaran lalu, sejumlah perusahaan besar lain pun tak kalah hebat dengan program mudik gratisnya ke seantero daerah menuju Jawa Tengah dan Jawa Timur.