Selasa, 27 Juli 2010

HUMAS itu "RUMAH MODE"

Pada perhelatan Konvensi Nasional Humas (KNH) 2010 lalu hadir sebagai pembicara salah satunya adalah mantan Wapres RI, Jusuf Kalla, yang kini menjabat sebagai Ketua Palang Merah Indonesia. Tentulah, sebagai seorang negarawan dan tidak memiliki bekal akademis soal humas, JK punya pandangan tersendiri mengenai humas.

Pada hari Kamis, 22 Juli 2010, JK pun menyampaikan pandangannya tentang humas. Ada banyak hal menarik menyangkut pandangan JK tentang humas, antara lain :
  1. Humas yang terbaik adalah pengambil keputusan itu sendiri. Dalam hal ini, JK benar. Tapi menurut JK pemimpin adalah mengambil keputusan, humas tidak mungkin melakukan hal itu. Pemimpin memutuskan, humas yang melakukan. Well, untuk hal yang ini, JK tentu salah besaaaaaaaaaar !!! Ha3x ... wajar, beliau bukan cendekiawan humas, apalagi pakar komunikasi, namun beliau ahli berdebat & berpidato, itu pasti !
  2. Humas adalah "salon". Mengapa ? Katanya, humas memberikan sentuhan sehingga segala sesuatu menjadi bagus. Humaslah yang mengubah sesuatu yang tampaknya jelek jadi bagus, yang memang jelek jadi tidak terlalu jelek, yang sudah bagus jadi semakin bagus. Ha3x ... penggambaran sederhana yang ada benarnya. Tapi tentu, ada banyak hal lain yang lebih mendasar dari sekedar mempercantik bukan ?  
  3. Humas adalah "Rumah Mode". Ha3x ... kalau saat di awal pembukaan presentasinya beliau bilang humas adalah salon, di akhir presentasinya beliau katakan humas adalah rumah mode. Benang merah keduanya adalah, mempercantik, memperindah penampilan. Jadi, tanpa mengurangi rasa hormat, walaupun ada benarnya namun masih ada hal lain yang lebih utama yang perlu diluruskan;
  4. Apapun yang dijual tidak akan berhasil bila tanpa tindakan. Betul, di sini JK bicara actuating, pelaksanaan. Secara ilmiah, humas adalah fungsi manajemen yang proses kerjanya diawali dengan perencanaan hingga evaluasi. Hebat, dengan pengalamannya yang seabrek JK paham soal itu;
  5. Buatlah langkahnya, baru juallah langkah itu ! Ha3x .. walaupun agak tidak runut, tapi JK tahu, bahwa memulai segala sesuatu adalah dari ide, rencana, program, baru dilaksanakan. Well, terasa bukan, bahwa humas merupakan salah satu fungsi manajemen !
JK juga menggambarkan keberhasilan kerja humas dalam kasus Bom Bali 1. Saat itu, pemerintah melakukan langkah-langkah strategis sebagai berikut :
  1. Wujudkan rasa aman. Caranya dengan penempatan petugas polisi secara lebih proporsional sehingga menimbulkan rasa tentram di antara masyarakat dan wisatawan di Bali. Intinya, sesungguhnya adalah PROPAGANDA dengan maksud menjamin rasa aman;
  2. Menyediakan alat bagi personil keamanan secara tepat guna.Caranya dengan menambah alat komunikasi (HT), senjata api hingga kendaraan patroli. Intinya, ALAT;
  3. Bentuk Tim Krisis. Tepat, dalam setiap situasi genting, mutlak dibentuk tim krisis yang dapat berkomunikasi dan menyediakan informasi kapan saja 24 jam. Intinya, AKSES;
  4. Mengembalikan pasar. Caranya, meningkatkan wisatawan domestik sebagai daya tarik dengan kebijakan libur kejepit. Intinya, PROMOSI. Ibarat dagang, buy one get one. Satu hari libur nasional, berhadiah satu hari libur yang lain. Cemerlang !
  5. Liputan. Semua hal tersebut harus terekspos media dalam dan luar negeri sehingga proses recovery berjalan sesuai dengan harapan. Intinya, MEDIA RELATIONS, EKSPOS MEDIA
Berikutnya, JK menegaskan bahwa humas bertugas bagaimana hal baik dimengerti dengan baik, tidak disalahartikan. Menurutnya, humas memiliki tugas 3 (tiga) hal :
  1. to convince (meyakinkan)
  2. to persuade (mempengaruhi)
  3. to change (mengubah)
Secara teori, fungsi komunikasi memang meliputi 3 (tiga) tingkatan :
  1. Kognisi, memberitahu
  2. Afeksi, membentuk sikap
  3. Behavioural, mengubah perilaku
Ha3x ... ! Hebat 'kali bapak yang satu ini. Tak mengherankan beliau begitu cerdas dalam setiap debat capresnya beberapa waktu lalu, meskipun tidak berhasil memenangkan pilpres !

Kasus berikutnya yang dikupas oleh JK adalah kebijakan kenaikan harga BBM hingga 125% yang terhitung aman tanpa gejolak ! Kuncinya dalam setiap mengambil keputusan adalah 2 (dua) hal :
  1. Tahu betul background, latar belakang masalah
  2. Tahu betul kebijakan itu sendiri
Kembali lagi, bila mengacu pada teori, kedua alasan itulah sesungguhnya yang mendasari mengapa posisi humas harus berada pada TOP LEVEL MANAGEMENT ! Artinya, karena dalam posisi itulah humas dapat mengetahui setiap latar belakang keputusan yang diambil dan menguasai permasalahan itu sendiri.

Selanjutnya, JK berpendapat bahwa humas harus mampu menyampaikan hal baik tapi berdampak buruk, dengan cara yang tepat sehingga dapat dimengerti dan diterima dengan baik oleh publik. Strateginya :
  1. Kurangi resikonya;
  2. Buat kebijakan yang tepat;
  3. Kuasai teknologi;
  4. Kuasai masalah dan berani berdebat !
Sebagai penutup, JK menyampaikan 3 (tiga) hal penting yang harus diperhatikan para pelaku humas :
  1. Jangan berbohong !
  2. Convince berasal dari trust ! (Keyakinan timbul dari kepercayaan yang berhasil dibangun sebelumnya)
  3. Mengurangi effect (dampat) !
Demikianlah, pandangan seorang negawaran tentang humas. Dengan pengalamannya dalam dunia usaha dan sebagai politikus serta pejabat negara, pemahaman JK tentang humas tentu tidak terlalu buruk. He knows public relations by practice but not in science.

Kenyataannya, humas sebagai salah satu fungsi manajemen perannya tentu sangat berbeda dengan apa yang telah diungkapkan JK. Peran humas pada dasarnya adalah sangat strategis. Jadi, humas bukanlah pelaksana keputusan para pemimpin, tapi humas memang pengambil keputusan.

Selayaknya keberadaan humas secara organisatoris sebagai state of being, yaitu sebagai bagian yang telah melembaga dalam sebuah struktur organisasi maka humas memiliki syarat mendasar bagi optimalisasi kinerjanya, yaitu keberadaan pada pucuk pimpinan. Itulah sebabnya, keberadaan humas selayaknya adalah pada Top Level Management.

Persyaratan keberadaan humas secara keilmuan, saat ini telah terakomodir dalam SKKNI Bidang Kehumasan melalui Kep Menakertrans Nomor : 039/Menakertrans/II/2001 dengan klasifikasi jabatan humas meliputi :
  1. Humas Junior
  2. Humas Madya
  3. Humas Ahli
  4. Humas Manajerial
Keempat strata tersebut mensyaratkan tingkat penguasaan keahlian dari yang paling teknis sederhana hingga kemampuan konseptual yang kompleks. Jadi pekerjaan humas bukan sebatas pada kegiatan seremonial belaka tapi hingga proses pengambilan keputusan dan lobbying.

Artinya, peran humas bukan hanya mempercantik diri dari luar, tapi juga ibarat jamu yang mempercantik diri dari dalam dengan penguasaan berpikir strategis, terkonsep dan visioner.

Hikmah dari presentasi JK ini adalah, setidaknya para pelaku humas memiliki gambaran nyata tentang keberadaan humas yang sesungguhnya. Bila di mata negarawan sekelas mantan Wakil Kepala Negara saja, peran humas belum terlalui diketahui dengan baik, artinya pelaku humas Indonesia punya banyak hal yang harus dipikirkan ke depan.

Di satu sisi, bisa jadi kondisi tersebut menjadi early warning dan pelaku humas boleh merasa kecewa dengan minimnya pemahaman para pemimpin bangsa ini tentang peran humas yang sesungguhnya sangat besar. Namun di sisi yang lain, para pelaku humas menjadi tahu hal sebenarnya, seberapa serius permasalahan yang dihadapi oleh profesional humas selama ini sehingga dapat memotivasi para pelaku humas untuk lebih mengupayakan keberadaannya agar lebih diakui dengan peran yang jauh lebih strategis. Nah, semua ini kini berpulang pada Anda bukan ? Selamat berjuang !!!

1 komentar:

murnisaroso mengatakan...

Tulisan yang menarik, luas, jelas, dan apa adanya... meski tidak setuju sepenuhnya dengan Jk dan tidak membenarkan, tetap hormat dan tidak menggurui ...